http://rezaantonius.files.wordpress.com/2010/08/pain.jpg |
Dan mungkin banyak juga orang-orang yang masih menyalahkan Allah atas derita yg dialaminya. Padahal, terlepas dari hal itu semua, menurut saya mungkin Allah memberikan penderitaan kepada seseorang untuk mengujinya. Layaknya bersekolah, ketika murid dapat menyelesaikan ujian yang diberikan dengan baik, maka ia dapat diluluskan dan naik ke tingkat berikutnya. Mungkin hal ini juga yang diinginkan Allah kepada setiap umatnya. Untuk lebih jelasnya tentang apa arti penderitaan, mari kita pelajari dan hayati bersama penjelasan di bawah ini.
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta “dhra” yang berarti menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir,batin atau lahir batin.
Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan resiko hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya.
Kisah Nyata tentang Penderitaan
Berhubung tema kita kali ini adalah manusia dan penderitaan, berikut saya mengutip kisah mengharukan bocah Aisyah yang hampir dua tahun ini berjuang sendiri merawat ayahnya yang sakit dari atas becak.
Aisyah (kiri) ketika merawat ayahnya, Nawawi (kanan) yang sakit dan tak berdaya di atas becak. |
Nasib baik berpihak kepada Siti Aisyah Pulungan, bocah perempuan berusi 8 tahun asal Medan yang merawat ayahnya, Muhammad Nawawi Pulungan (56) lebih dari setahun diatas becak itu, akhirnya kini bisa kembali bersekolah lagi. Penderitaan Nawawi dan anaknya sudah mulai berkurang, karena Pemerintah Kota Medan berjanji akan membiayai sekolah Siti, juga akan mengobati Nawawi sampai sembuh di rumah sakit.
Kulit keriput dan mata cekung Nawawi tidak membuat semangatnya menurun, untuk mengkisahkan kisah pilu Aisayah, anaknya semata wayang. Ia menuturkan, pahit nya penderitaan hidup Nawawi untuk berjuang hidup bersama anaknya, Aisyah. Sambil menatap langit langit di Ruang 18 RSUD dr. Pirngadi. Dia menceriterakan sejarah hidupnya yang merana.
Nawawi mengaku semua itu berawal dari pertemuannya dengan Sugiarti pedagang makanan di sebuah warung di Pakan Baru Riau. Saat itu Nawawi bekerja sebagai sopir angkutan sayur. Trayeknya adalah Pematang Siantar - Pakanbaru. Dalam sebuah perjalanan itulah dia sering mampir di warung Sugiarti. Maka dari situ hubungan mereka berujung kepada perkawinan pada pertengahan tahun 2000. Setelah mereka tinggal di Jalan Sriwijaya Pematang Siantar, mereka baru mendapatkan anak enam tahun setelah perkawinan, kemudian. Anak itulah yang diberi nama Siti Aisyah.
Namun malangnya saat Aisyah lahir, pekerjaan Nawawi sepi order, sebab angkutan sayur Pematang Siantar- Pakan baru semakin ramai. Akibatnya penghasilan Nawawi sedikit. Kehidupan rumah tangga terasa sulit. Sejak itulah percekcokan sering menghiasi rumah tangga Nawawi-Sugiarti. Ujung ujung Sugiarti tidak tahan lagi tinggal serumah dengan Nawawi dan memilih meninggalkan rumah.
“ Dia (Sugiarti) pingin kerja, tapi saya larang karena Aisyah masih bayi. Tapi dia memilih pergi “ Ujar Nawawi dengan mata berkaca kaca.
Pada tahun 2007 mereka resmi bercerai dan Aisyah yang masih berumur setahun ikut Nawawi dengan kondisi apa adanya. Nawawi berusaha membesarkan Aisyah. Namun lantaran tekanan dari keluarga dan teman temannya, Nawawi kemudian memutuskan untuk merantau ke Medan.
Tapi bukannya bertambah baik kehidupan Nawawi bersama Aisyah justru makin merana. Setelah Nawawi tidak menjadi Supir angkutan lagi. Nawawi menjadi tukang becak barang yang penghasialnnya pas pasan. Dia pun sampai tidak kuat membayar sewa rumah kontrakan.
Sejak itulah dia tinggal di becak kemana mana bapak- anak tersebut membawa becaknya. Lalu sejak itu pula Nawawi sering sakit sakitan. Bahkan setahun terakhir sakit paru parunya makin bertambah parah sehingga tidak bisa apa apa lagi. Dia hanya tergolek di becaknya yang ditunggui Aisyah selama lebih dari setahun.
Selama ini, ayah Aisyah itu hanya tergeletak di atas becak. Badannya yang kurus kering tidak mampu untuk bangkit. Aisyah merawat ayahnya itu meski hanya mengandalkan air minum dan mencari makan dari belas kasihan orang. Aisyah tidak pernah mengeluh.
“Dulu aku pernah duduk di bangku kelas satu sekolah dasar di kawasan Halat. Tapi saya berhenti sekolah karena merawat ayah yang sakit. Kami tidak punya tempat tinggal,” Ujar Aisyah seraya matanya berkaca kaca.
Selama hampir dua tahun itu, Aisyah setia merawat Nawawi. Saban hari, mereka mengharapkan belas kasihan dari dermawan ketika melewati Masjid Raya kawasan Jl Sisingamangaraja Medan, yang tidak jauh dari lokasi Istana Maimun Medan.
“Jika malam tiba, saya bersama ayah tidur di atas becak. Kami tidur di depan pertokoan dan salon. Pagi hari, saya ambil air dari masjid, begitu juga sore harinya. Air itu buat membersihkan badan ayah, biar tidak merasa kegerahan, dan supaya tubuhnya tetap terlihat bersih,” tuturnya mengenang penderitaannya selama merawat ayahnya.
Karena Nawawi sakit, Aisyah lah yang selalu mengayuh becak setiap harinya. Tidak sedikit orang yang melihat pemandangan memilukan tersebut. Ada yang menaruh rasa kasihan saat melihat kisah hidup ayah dan anak itu. Warga yang prihatin selalu memberikan bantuan makanan, minuman dan uang.
Namun, tidak sedikit pula di antara masyarakat yang melihat kejadian tersebut menganggapnya pemandangan biasa saja. Bahkan, Aisyah kerap kali harus memanjat tembok untuk mengambil air dari masjid. Itu dia lakukan supaya pejabat yang salat, tidak melihatnya.
“Aku sengaja membawa ayah untuk menghindari pemandangan pejabat. Ini kulakukan agar kami tidak diusir dari tempat biasa mencari nafkah. Setiap hari, saya dan ayah di trotoar kawasan Masjid Raya itu. Malamnya, kami pergi dan tidur di depan pertokoan maupun rumah orang,” ungkapnya.
Tubuh kurus Aisyah pun tidak menghalangi semangatnya membawa ayah tercintanya. Anak malang ini tidak mengenal wajah ibunya yang bernama Sugiarti. Sejak berusia satu tahun, Aisyah ditinggalkan bersama Nawawi. Sugiarti meninggalkan suami dan anaknya itu karena faktor ekonomi.
Selama menjalani kehidupan berat tersebut, Aisyah tidak pernah menyerah. Demi Nawawi dia mengaku tidak pernah mengeluh tidur di atas becak. Becak itu merupakan harta paling berharga. Jika ban bocor, Aisyah mengharapkan bantuan tukang tempel ban untuk menambalnya.
http://posmetrobatam.com/wp-content/ uploads/2014/03/Siti-Aisyah-Pulungan.jpg |
Sementara itu, setelah mendapat laporan Pelaksana Tugas Walikota Medan, Drs. H.T. Dzulmi Eidin S, bertindak cepat. Eldin benar benar terenyuh melihat pengorbanan bocah kecil itu bersama sang ayah yang sehari harinya tingal diatas becak barang lantaran tidak mampu membayar sewa rumah kontrakan . Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari Bapak dan anak hanya bisa berharap kepada belas kasihan warga.
“ Perjuangan Aistah selama ini luar biasa karena itu, kami tidak mau masa depan bocah tersebut hilang karena harus menjaga ayahnya yang sakit “ tutur Eldin saat membesuk Nawawi di Ruang Flamboyan RSUD dr. Pringadi Medan.
PLT Wali Kota Medan itu berjanji, mulai sekarang Pemkot yang akan mengurus kehidupan Aistah termasuk makannya. Eldin berjanji akan membantu pedidikan Aisyah sampai lalus SMA.
Ketika membesuk Nawawi itu pula, PLT Walikota Medan, Eldin juga tak lupa, minta kepada Dirut RSUD dr. Pirngadi, dr. Amran Lubis memberikan pelayan dan perawatan medis sebaik baiknya supaya Nawawi lekas sembuh. Soal bagaimana biaya perawatan Nawawi, Pemkot akan menanggung seluruh biaya hingga sembuh dengan dana Jamkesda serta BPJS kesehatan Pemerintah kota Medan.
“ Dulu anak ini pernah sekolah namun terpaksa berhenti. Anak malang ini masih sangat menginginkan untuk sekolah lagi. Mulai besok, dia dapat sekolah di SD Purwo, yang tidak jauh dari rumah sakit ini. Pulang sekolah, dia bisa mendampingi ayahnya. Jadi, mereka terus bersama,” ujar Eldin dengan tangkas.
Kisah Aisyah ternyata mengundang banyak perhatian. Tidak sedikit yang memberikan bantuan, bahkan ada yang merencanakan menggalang dana melalui perkumpulan pengusaha dermawan supaya membantu Aisyah.
B. Siksaan
Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Siksaan dapat bersifat siksaan fisik dan atau siksaan psikis. Siksaan yang sifatnya fisik misalnya perampokan, pemerkosaan, dan pembunuhan. Sedangkan siksaan yang sifatnya psikis misalnya kebimbangan, kesepian dan ketakutan.
Dalam kasus diatas, Aisyah merasakan siksaan psikis berupa kesepian akibat ditinggal pergi oleh ibunya ketika ia baru berusia satu tahun. Sedangkan ayahnya, Nawawi mendapatkan siksaan fisik juga psikis berupa penyakit paru-paru yang tak kunjung sembuh sehingga ia merasa stress, tidak mampu berbuat banyak untuk anaknya, Aisyah. Ini yang membuat penderitaan Aisyah dan ayahnya bertambah.
C. Kekalutan Mental
Penderita kekalutan mental dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental, secara lebih sederhana kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidak mampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.
http://us.images.detik.com/content/2014/03/20/10/ 083435_073532_aisyah5ins.jpg |
Beruntungnya dalam hal ini, Aisyah dan ayahnya tidak menunjukan gejala kekalutan mental. Mungkin karena sifat pantang menyerah Aisyah dan rasa cintanya yang sangat besar kepada sang ayah, Allah memberikan ketabahan yang lebih kepada mereka berdua, terutama Aisyah. Sehingga mereka mampu tetap berdiri tegar dan melewati masa-masa sulitnya.
D. Penderitaan dan Perjuangan
Setiap manusia pasti mengalami penderitaan, baik berat ataupun ringan. Penderitaan adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Karena itu terserah kapada manusia itu sendiri untuk berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, bahkan menghindari atau menghilangkan sama sekali.
Jika dilihat dari kisah hidup Aisyah dan ayahnya, walaupun mereka mengalami penderitaan selama hampir dua tahun, mereka tetap tegar dan Aisyah sendiri tak pernah berhenti berjuang untuk merawat ayahnya dari atas becak hingga pada akhirnya kisahnya terangkat ke media masa dan mendapat perhatian dari khalayak umum.
Ini membuktikan perjuangan Aisyah tidak berakhir sia-sia, dan sekarang Ayahnya mendapatkan perawatan secara profesional dan gratis dari rumah sakit setempat, dan Aisyah-pun dapat kembali bersekolah.
Ini membuktikan perjuangan Aisyah tidak berakhir sia-sia, dan sekarang Ayahnya mendapatkan perawatan secara profesional dan gratis dari rumah sakit setempat, dan Aisyah-pun dapat kembali bersekolah.
http://images.solopos.com/2014/03/siti-aisyah- pulungan-medan-210314-Irsan-Mulyadi-antara.jpg |
http://cdn.okezone.tv/videos/2014/03/21/22/53084/53084_large.jpg |
E. Penderitaan, Media Masa, dan Seniman
Dalam dunia modern sekarang ini kemungkinan terjadi penderitaan itu lebih besar. Hal ini telah dibuktikan oleh kemajuan teknologi dan sebagainya menyejahterakan manusia dan sebagaian lainnya membuat manusia. Media masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama manusia terutama bagi yang merasa simpati.Dalam kasus Aisyah, media masa sangat berperan penting karena kisahnya dapat terangkat ke permukaan sehingga banyak masyarakat yang bersimpati. Mulai dari donatur, hingga Walikota Medan-pun (melalui Plt. Walikota Medan) turut memberikan bantuan secara maksimal kepada Aisyah dan ayahnya.
http://1.bp.blogspot.com/-erFWsOzIjaw/UyscxrOdkKI/ AAAAAAAABRY/7db6MjDMrKE/s1600/Walikota+lihat+pasien+-+foto.JPG |
Sumber & Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar