Gunadarma University

Kamis, 14 April 2016

Juno Sagara: Bayangan Kota Celia

Suara sirine mobil polisi dan mobil jenazah seakan saling bersahutan di gudang tua malam itu. Petugas menemukan sesosok mayat pria paruh baya tergeletak bersimbah darah dengan organ dalam yang sudah tidak ada lagi. Garis polisi-pun telah dibentangkan untuk menyegel tempat kejadian perkara (TKP) agar TKP tersebut tidak dapat dimasuki orang-orang yang berada di luar kepentingan kasus ini. Ini merupakan kasus ke-sembilan yang terjadi di kota Celia dan polisi masih belum bisa memastikan siapa pelaku dan apa motifnya. Nampak banyak warga berkerumun di balik garis polisi menyaksikan dari kejauhan dan tergambar kecemasan di wajah mereka. Mereka khawatir karena pelaku masih bebas berkeliaran di luar sana dan bisa saja sewaktu-waktu mereka atau salah satu anggota keluarga mereka menjadi korban berikutnya.

Para pencari berita pun juga sibuk mengambil gambar dari peristiwa keji yang terjadi malam itu. Mereka kemudian melontarkan pertanyaan kepada Komandan Reyhan, kepala polisi kota Celia yang turut hadir juga meninjau langsung TKP tersebut. “Tidak perlu cemas. Kami sebagai polisi berupaya maksimal untuk menjaga keamanan warga di kota ini. Hingga saat ini, kami menyimpulkan bahwa jenazah merupakan korban pembunuhan disertai pencurian organ dalam tubuh. Kami akan mengusut tuntas kasus ini dan segera menangkap pelaku”, begitulah pernyataan yang dikeluarkan sang komandan sembari berlalu pergi menembus kerumunan wartawan.

Berita ini pun kembali menjadi topik utama setelah menyebar luas di berbagai surat kabar dan televisi. Dikarenakan pelaku selalu memilih tempat yang jauh dari keramaian dan tidak terpasang CCTV, maka ia dapat melancarkan aksinya tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Banyak kriminolog berpendapat bahwa pelaku ada kemungkinan terlibat dalam sindikat perdagangan organ tubuh manusia. Namun, pendapat seperti ini diragukan oleh Juno Sagara yang merupakan seorang detektif muda berkelas internasional. Nama Juno Sagara sendiri hanyalah identitas palsu yang digunakannya, tidak ada seorang pun yang tahu nama asli detektif “bayangan” ini. Juno mendapat julukan detektif “bayangan” karena kerap kali menjadi aktor utama dibalik panggung ketika polisi menangani kasus yang sulit dipecahkan hingga pelaku dapat ditangkap dan diadili.

Ia menduga ini bukan kasus pencurian organ tubuh manusia seperti yang disangka-sangka banyak orang. Ia berpikir bahwa sangat sulit rasanya pelaku untuk mampu membunuh seseorang dan mengambil organ dalam tubuhnya dalam waktu yang singkat. Lagipula, organ tubuh yang kurang berharga untuk diperdagangkan seperti usus manusia juga raib diambil pelaku. “Ada yang janggal”, gumam Juno. Merasa keamanan warga kota Celia terancam, Juno menawarkan bantuan kepada polisi setempat untuk memecahkan kasus ini. Komandan Reyhan pun pun menerima tawaran bantuan dari Juno dengan syarat Juno harus merahasiakan segala penyidikan tentang kasus ini dan menyerahkan pelaku jika tertangkap kepada pihak polisi.

Tanpa pikir panjang, Juno pun menyanggupi persyaratan tersebut karena menurutnya keselamatan warga kota Celia menjadi prioritas utama. Juno segera mengolah TKP 8 kejadian sebelumnya dan waktu terjadinya pembunuhan tersebut. Dengan daya nalarnya yang sangat tinggi, ia menyadari ada sesuatu yang sama di seluruh TKP pembunuhan hingga pada kasus yang terakhir kali. Selain pembunuhan selalu dilakukan di tempat yang jauh dari keramaian, ternyata di sekitar TKP selalu terdapat gorong-gorong besar. Berangkat dari hal ini, Juno berpikir bahwa besar kemungkinan bahwa sebenarnya pelaku tidak kabur terlalu jauh ketika baru selesai melancarkan aksinya, melainkan kabur lewat gorong-gorong besar sekitar TKP.

Menyadari hal ini, Juno melaporkan perkembangan penyidikan kasus ini kepada Komandan Reyhan. Beliau pun menanggapi dingin hasil penyidikan Juno. Ia berdalih tidak mungkin pelaku kabur ke gorong-gorong besar karena jejak dari pelaku pasti akan nampak jika memang benar pelaku kabur dan masuk ke dalam gorong-gorong tersebut. Di saat mereka sedang panas mendebatkan pendapat masing-masing, kantor polisi mendapat laporan bahwa terjadi lagi pembunuhan disertai pencurian organ tubuh di belakang kafe pinggir kota yang masih tutup siang itu. “Apa? Siang-siang begini? Nekat sekali dia! Segera terjunkan personel dan amankan TKP!”, perintah sang komandan kepada bawahannya. Juno pun segera berlari menuju mobilnya dan menyiapkan senjata yang telah ia simpan di bagasi.

Setibanya di TKP, polisi lagi-lagi dibuat gigit jari karena CCTV di belakang kafe tersebut sedang dalam kondisi mati. Korbannya kali ini adalah seorang wanita muda. Juno yang baru tiba menyusul ke TKP langsung berinisiatif mencari sebuah gorong-gorong besar di sekitar TKP tersebut. Benar saja ia lagi-lagi menemukan sebuah gorong-gorong besar yang dimaksud. Ia kemudian menyiapkan amunisi untuk senjatanya dan meminta bantuan 4 polisi untuk mengawalnya melalukan penelusuran ke dalam gorong-gorong tersebut, sementara polisi yang lain melakukan pengamanan perimeter di TKP tersebut.

Setelah menelusuri cukup dalam gorong-gorong tersebut, sampailah mereka pada percabangan 2 arah yang membagi arah pembuangan air. “3 orang, ambilah jalan di salah satu percabangan ini. Aku hanya perlu 1 orang untuk mengawalku di jalan yang tersisa”, perintah Juno dengan berbisik pelan agar pelaku tidak mengetahui bahwa ia sedang dikejar. Segeralah 3 polisi mengambil jalan sebelah kiri dan masuk menelurusinya, sementara Juno dan seorang polisi menelusuri jalan sebelah kanan.

Dengan diiringi rasa berdebar-debar, Juno melangkah perlahan menapaki jalan yang tergenang air limbah itu. Tiba-tiba terdengar suara beberapa tembakan meletus dari sisi seberang. Juno dan seorang polisi yang mengawalnya sangat yakin bahwa itu adalah suara tembakan yang dikeluarkan dari pistol rekannya. Mereka berdua berlari kembali ke depan percabangan yang memisahkan mereka dan segera mengejar suara tembakan tersebut. Betapa terkejutnya mereka setelah menemukan 2 rekan polisi tadi telah tewas bersimbah darah dengan penuh luka sobek di sekujur tubuhnya, sementara seorang lagi dalam posisi sekarat.

“Hati-hati Jun... Dia... bukan... manusia...”, ucap polisi yang sekarat itu dengan nafas yang pendek karena menahan sakitnya luka di tubuhnya. Juno tertegun sebentar mendengar ucapan polisi tersebut. Ia tak percaya kalau ternyata pelaku pembunuhan keji ini adalah sesosok makhluk bukan manusia. “Hei! Bertahanlah! Kau, cepat laporkan kepada yang lain dan minta bantuan medis secepatnya!”, perintah Juno kepada seorang rekan polisi yang tadi mengawalnya. “Tekan lukanya, jaga dia sampai bantuan datang. Aku akan mengejar makhluk itu”, lanjut Juno sambil berlari pergi mengejar makhluk yang ternyata bukan manusia itu.

Tak jauh ia berlari, ia akhirnya melihat secara langsung makhluk itu. Makhluk tersebut memiliki tinggi sekitar 2 meter, muka yang buruk rupa dengan gigi besar tajam meruncing, pundak dan tangan yang besar dilengkapi cakar tajam pada jarinya, serta sayap yang terlihat terluka dengan banyak lubang bekas tembakan peluru. “Pantas saja ia mampu membunuh tanpa meninggalkan jejak, ia mampu terbang selama ini”, gumam Juno. Dengan cekatan Juno langsung menembak mengarah ke kepala makhluk tersebut. Namun sayang, tembakan tersebut dapat ditahan dengan tangan besar makhluk tersebut. Pertarungan antara detektif “bayangan” dengan makhluk kegelapan tersebut pun tak dapat dielakkan. Mereka saling berbalas serangan, Juno menembak dengan kedua pistol di tangannya sementara makhluk tersebut berusaha menyerang Juno dengan cakarnya. Hingga akhirnya Juno pun dibuat kewalahan, lengah lalu tercakar lengannya dan mendapatkan luka sobek yang cukup dalam.

Juno kehabisan peluru! Namun, ia masih menyimpan sebuah senjata pamungkas di balik sepatu bootnya berupa pisau belati yang telah ia lapisi racun yang berdosis tinggi. Makhluk itu mengira Juno telah menyerah, kemudian segera berlari menuju Juno bersiap menerkamnya. Tapi, Juno yang memang berniat memancing makhluk itu untuk menyerang kemudian melompat menghindari terkaman makhluk itu dan menusukkan pisau belati tersebut tepat di leher belakang makhluk tersebut. Makhluk itu nampak mengerang kesakitan sambil melepas pisau belati yang menancap di lehernya. Juno pun nampaknya sudah pasrah mengakhiri pertarungan jika serangan pamungkasnya tak berhasil membunuh makhluk itu. Namun, ternyata racun tersebut mulai bereaksi! Makhluk tersebut walaupun berhasil berdiri kembali, tapi tampak berjalan sempoyongan tak tentu arah karena terpengaruh racun tersebut. Hingga pada akhirnya makhluk tersebut terjatuh kembali dan tak sadarkan diri.

Juno pun kemudian berjalan perlahan ke arah makhluk itu dan memastikan bahwa makhluk itu sudah mati. Juno yang juga kesakitan mendapatkan luka sobek di tangannya lalu duduk bersandar di dinding dalam gorong-gorong tersebut sambil membakar sebatang rokok. Tak lama kemudian, bala bantuan dari polisi dan tim medis datang walaupun terlambat. Juno Sagara, seorang detektif muda yang mendapat julukan detektif “bayangan” berhasil mengalahkan makhluk kegelapan pemangsa manusia itu! Sekali lagi ia berhasil memecahkan kasus besar yang cukup rumit dan berada di luar nalar manusia.

3 minggu telah berlalu sejak hari itu. Entah makhluk ini merupakan makhluk luar angkasa atau bukan, yang jelas makhluk inilah yang telah memangsa manusia dan memakan organ dalam tubuh korbannya. Begitulah kesimpulan yang diambil dari pihak kepolisian setelah melakukan otopsi pada makhluk tersebut. Namun, pihak kepolisian lewat Komandan Reyhan lebih memilih menutupi kebenaran peristiwa ini dan membuat pernyataan palsu kepada publik bahwa pelaku memang benar merupakan seorang sindikat dari perdagangan organ tubuh manusia dan telah berhasil ditembak mati di tempat. Hal ini dilakukan demi meredam kehebohan publik jika mengetahui kebenarannya. Juno pun nampak tersenyum melihat berita palsu yang tersebar luas di berbagai media informasi. Baginya, tak mengapa orang-orang di luar sana harus termakan kebohongan tersebut asalkan kecemasan tak nampak lagi pada raut wajah mereka. Mereka juga tidak perlu tahu, bahwa detektif Juno Sagara lah “bayangan” kota Celia yang telah menjadi pahlawan bagi warga kota itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar